Minggu, 15 Maret 2009

Gaya Pacaran (bukan) Ikhwah


Percaya gak kalo ikhwah juga punya “gaya pacaran�?. Kalo gak percaya, coba dengarkan cerita ini terlebih dulu. Saya sendiri juga sempat gak percaya, tapi setelah banyak melihat, mendengar, dan membuktikan akhirnya mengerti juga kalo ikhwah juga punya gaya dalam pacaran.

Semua tentunya sepakat, jika pacaran itu gak ada dalam adab Islami. Yang ada hanyalah ta’aruf, khitbah dan walimah. Namun bagaimana jika ta’aruf sudah, tapi khitbah dan walimah belum dapat dilaksanakan?

Ini cerita dari seorang ikhwan, yang sering banget curhat sama saya, sebut aja Bas. Dia bilang kalau sekarang lagi punya hubungan spesial dengan seorang akhwat. Saya tanya aja, kapan loe lamar dia? Eh malah jawabannya bikin saya geleng-geleng kepala, Bas pinginnya nungguin akhwat itu lulus dulu. Kebetulan saya juga kenal cukup baik dengan akhwat tersebut, setelah saya sedikit maksa untuk minta alasan sebenarnya, barulah terungkap bahwa ada perbedaan prinsip yang sangat mendasar diantara mereka. Dan hal inilah yang menyebabkan mereka masih ragu untuk melangkah ke arah perkawinan. Padahal, yang mereka lakukan bersama selama ini lumayan heboh, yang pergi berdualah, kemana-mana barenglah, bahkan jadwal apel malam minggu secara rutin.

Cerita lain lagi, terjadi pada seorang saudara saya. Yang ini lebih kacau lagi malah. Dia lagi dikejar seorang ikhwan. Pada awalnya sih adik saya ini bersedia, namun pada suatu hari terbongkar rahasia ikhwan tersebut bahwa dia juga lagi proses sama akhwat lain. Dan lebih parahnya itu sudah berlangsung lebih dari setahun. Dan selama setahun itu, banyak hal yang terjadi, yang boncengan barenglah (padahal tuh ikhwan bukan tukang ojek), nonton dan ke mall bersama dan lainnya. Bahkan pernah suatu ketika ditegur oleh teman ngajinya, bukan sebuah penyesalan yang terlontar tapi malah sebuah lontaran ucapan kalo pingin suatu saat malah kepergok lagi pergi bareng.

Cerita ketiga dari teman baik saya, dia cerita kalo calonnya ada di lain kota. Kalo ketemu yah cuman saat-saat tertentu seperti liburan kuliah atau hari raya tertentu. Nah, kalo udah ketemu apa yang mereka perbuat? Relatif sama dengan dua cerita diatas, cuman jangan kaget kalo mereka juga biasa saling bergandengan tangan dan berciuman.
Saya jadi inget sebuah cerita dari sahabat, tentang sebuah aib yang menampar suatu kampus yang menjadi barometer dakwah thulabiyah di Indonesia. Bahwa ada seorang ikhwan yang sampai menghamili beberapa akhwat sekaligus. Fenomena apa lagi ini sebenarnya. Disaat dakwah makin berkembang dengan pesat, tapi itu juga menimbulkan “penyakit� yang menyebar dengan cepat pula.

Ketika cerita tentang ikhwan yang menghamili beberapa akhwat itu saya diskusikan dengan beberapa teman, baik yang “ngaji� maupun yang nggak. Komentar yang saya terima malah bikin hati jadi geli. Narto, teman saya yang gak ngaji aja sampe bilang gini, “bego banget sih tuh orang, kalo emang ML yang bener dong, kalo gak pingin hamil ya jangan dikeluarin di dalam�. Lain lagi komentar Hadi, yang malah bilang kemaruk terhadap ikhwan tersebut soalnya ngambil akhwat banyak. Sedang bagi saya sendiri, yah inilah suatu realita didepan kita. Mungkin saya sependapat dengan Narto, kalo emang mau gak hamil, pake cara yang aman. Pake kondom kek, gak ngeluarin di dalam kek, atau kalo mau rada susah dikit, dengan ngitung mas subur dari sang wanita. But, tentu saja pendapat Narto berarti melegalkan perzinahan dan seks pra nikah dong. Sedang menurut Hadi, saya jadi teringat kisah kedua diatas. Ikhwan (bener ikhwan?) apa gitu yah? Suka mendua dalam hal yang sepenting ini. Berbagai komentar, baik yang lucu maupun yang serius saya terima. Namun satu hal yang kami sepakati bersama, bahwa bagaimanapun juga kalo emang pingin selamat maka menikah adalah jalan yang paling aman dan insya Allah diridhoi oleh Allah.

Yah, saya tentunya juga bukan seorang ikhwan yang sempurna, lha wong sempat kok beberapa kali digosipin macam-macam meski gak jelas kebenarannya. Tapi paling nggak, berbagai masalah dan juga hal-hal yang saya ketahui itu, bikin saya lebih berhati-hati dalam masalah yang satu itu.
Hal lain yang bisa saya ambil, mungkin inilah fenomena pergaulan masa kini, bahkan terjadi juga dikalangan ikhwah. Seorang adik kelas saya yang jelas akhwat, sampai malu sendiri karena beberapa kali saya pergoki berboncengan sepeda motor dengan teman cowoknya. Dilain waktu saya juga pernah melihat "adegan" seru lainnya.

Yah.. mungkin disinilah godaan terbesar buat saya, buat cepat nikah kali yah, biar ntar bisa pacaran sama Istri. Amin :)

Biar Cinta Itu Bermuara dengan Sendirinya

Kenapa tak pernah kau tambatkan
perahumu di satu dermaga?
Padahal kulihat, bukan hanya satu
pelabuhan tenang yang mau menerima
kehadiran kapalmu!

Kalau dulu memang pernah ada
satu pelabuhan kecil, yang kemudian
harus kau lupakan,
mengapa tak kau cari pelabuhan lain,
yang akan memberikan rasa damai yang lebih?
Seandainya kau mau,
buka tirai di sanubarimu, dan kau akan tahu,
pelabuhan mana yang ingin kau singgahi untuk selamanya,
hingga pelabuhan itu jadi rumahmu,
rumah dan pelabuhan hatimu.

(Judul Puisi ” Pelabuhan ” karya Tyas Tatanka, kumpulan puisi 7 penyair serang)

Matanya berkaca-kaca ketika perempuan itu selesai membaca dan merenungi isi puisi itu. Dulu sekali perempuan itu telah pernah berharap pada seorang laki-laki yang dia yakin baik dan hanif, ada kilasan - kilasan di hatinya yang mengatakan bahwa mungkin dialah sosok yang selama ini dicari.. dialah sosok yang tepat untuk mengisi hari harinya kelak dalam bingkai pernikahan.

Berawal dari sebuah pertemanan. Berdiskusi tentang segala hal, terutama masalah agama. Perempuan itu sedang berproses untuk mendalami agama Islam dengan lebih intens. Dan laki-laki itu, dia paham agama, aktif diorganisasi keislaman, dan masih banyak lagi hal - hal positif yang ada dalam diri lelaki itu. Sehingga kedekatan itu membawa semangat perempuan itu untuk terus menggali ilmu agama. dan mempraktekkannya dalam kesehariannya. Kedekatan itu berlanjut menjadi kedekatan yang intens, berbagi cerita, curahan hati, saling meminta saran, saling bertelepon dan bersms, yang akhirnya segala kehadirannya menjadikan suatu kebutuhan. Kesemuanya itu awalnya mengatasnamakan persahabatan.

Suatu hari salah seorang sahabatnya bertanya “Adakah persahabatan yang murni antara laki-laki dan perempuan dewasa tanpa melibatkan hati dan perasaan terlebih bila sudah muncul rasa simpati, kagum dan kebutuhan untuk sering berinteraksi?”

Perempuan itu tertegun dan hanya bisa menjawab ” entahlah..”

Sampai suatu hari, laki-laki itu pergi dan menghilang… Awalnya masih memberi kabar. Selebihnya hilang begitu saja. Dan perempuan itu masih berharap dan menunggu untuk suatu yang tak pasti. Karena memang tidak pernah ada komitmen yang lebih jauh diantara mereka berdua. Setiap dia mengenal sosok lelaki lainnya… Selalu dibandingkan dengan sosok laki-laki sahabatnya itu dan tentulah sosok laki-laki sahabatnya itu yang selalu lebih unggul dibanding yang lain. Dan perempuan itu tidak pernah lagi membuka hatinya untuk yang lain. Sampai suatu hari,..

Perempuan itu menyadari kesia-siaan yang dibuatnya. Ia berharap ke sesuatu yang tak pasti hanyalah akan membawa luka dihati… Bukankah banyak hal yang bermanfaat yang bisa dia lakukan untuk mengisi hidupnya kini…. Air mata nya jatuh perlahan dalam sujud panjangnya dikegelapan malam… Dia berjanji untuk tidak mengisi hari-harinya dengan kesia-siaan.

“Lalu bagaimana dengan sosok laki-laki itu ??” Perlahan saya bertanya padanya.

“Saya tidak akan menyalahkan siapa-siapa, yang salah hanyalah persepsi dan harapan yang terlalu berlebihan dari kedekatan itu, dan proses interaksi yang terlalu dekat sehingga timbul gejolak dihati…. Biarlah hal itu menjadi proses pembelajaran dan pendewasaan bagi saya untuk lebih hati - hati dalam menata hati dan melabuhkan hati,” ujarnya dengan diplomatis. Hingga saya menemukan perempuan itu kini benar-benar menepati janjinya.

Dunia perempuan itu kini adalah dunia penuh cinta dengan warna-warna jingga, tawa-tawa pelangi, pijar bintang dimata anak anak jalanan yang menjadi anak didiknya…. Cinta yang dialiri ketulusan tanpa pamrih dari sahabat-sahabat di komunitasnya yang menjadikan perempuan itu produktif dan bisa menghasilkan karya…cinta yang tidak pernah kenal surut dari kedua orang tua dan keluarganya… Dan yang paling hakiki adalah cinta nya pada Illahi yang selalu mengisi relung-relung hati..tempatnya bermunajat disaat suka dan duka… Indahnya hidup dikelilingi dengan cinta yang pasti.

Adakalanya kita begitu yakin bahwa kehadiran seseorang akan memberi sejuta makna bagi isi jiwa. Sehingga…. saat seseorang itu pun hilang begitu saja… Masih ada setangkup harapan agar dia kembali….Walaupun ada kata-katanya yang menyakitkan hati…. akan selalu ada beribu kata maaf untuknya…. Masih ada beribu penantian walau tak pasti… Masih ada segumpal keyakinan bahwa dialah jodoh yang dicari sehingga menutup pintu hati dan sanubari untuk yang lain. Sementara dia yang jauh disana mungkin sama sekali tak pernah memikirkannya. Haruskah mengorbankan diri demi hal yang sia-sia??

Masih ada sejuta asa…. Masih ada sejuta makna…..Masih ada pijar bintang dan mentari yang akan selalu bercahaya dilubuk jiwa dengan menjadi bermakna dan bermanfaat bagi sesama….

“Lalu… bagaimana dengan cinta yang dulu pernah ada??” tanya saya suatu hari.

Perempuan itu berujar, ” Biarkan cinta itu bermuara dengan sendirinya… disaat yang tepat… dengan seseorang yang tepat…. dan pilihan yang tepat……hanya dari Allah Swt. disaat dihalalkannya dua manusia untuk bersatu dalam ikatatan pernikahan yang barokah..”

Semoga saja akan demikian adanya…



sumber : eramuslim

Jumat, 13 Maret 2009

cerita tentang ikhsan

Malam itu begitu dingin,hujan deras mengguyur bumi tiada tanda akan mereda, kilat menerangi dan guntur saling menyambar beberapa pohon hingga tumbang.Hal tersebut tidaklah mengherankan karena bulan Februari adalah puncak musim penghujan di bumi pertiwi.tampak disebuah kediaman yang penuh dengan keberkahan sepasang suami istri tekun bersujud dan berdoa kepada Penguasa jagat raya Alam semesta. Ikhsan seorang suami dengan wajah yang penuh wibawa dan tidak diragukan kesholehannya oleh orang - orang yang dekat dengannya. Tubuhnya tidak kurus dan tidak gemuk tingginya 165 cm. walaupun tidak terbilang tinggi, ia mempunyai badan yang otot - ototnya mampu menggetarkan para preman karena selain pandai dalam ilmu agama, ilmu beladiri pun ia miliki. Suami istri tersebut menyelesaikan sujud dan doa - doanya tak kurang dari 1 jam keduanya kembali kepembaringan tepatnya pukul 04.00 dini hari WIB istri terkasih Ikhsan langsung memejamkan mata tertidar lelap. tapi lain halnya ikhsan, ia memang sudah terbiasa tidak tidur setelah sholat Qiyamullail, ia terus mengkaji Al'Qur'an dan bahasa arab karena ia memang seorang pengajar di SDIT Mesjid Raya Al'Ittihad , Tebet Jakarta selatan.

Letak Mesjid tersebut memang di tengah komplek mewah dekat dengan SMAN 26 yang cukup terkenal dengan berbagai prestasi baik prestasi akademik dan juga olahraga, maka jadilah sekolah ini unggulan dan diidam-idamkan oleh lulusan SMP, karena itulah Mesjid Raya Al'Ittihad cukup dikenal juga.Ternyata Ikhsan kali ini tidak mengkaji kitab B. Arab/Alqur'an,Ia tatap wajah istrinya yang lebih tua umurnya, tetapi wajah cantik basuhan air wudhu bersinar menerangi hati Ikhsan, tanpa terasa bibir Ikhsan mengucap pujian sykur dan lamunannya jauh mengingat jejak langkah kakinya dri kampung Purworejo Jawa Tengah merantau ke jakarta, dengan berbekal uang 50 ribu rupiah waktu itu,serta doa dari orang tua dan gurunya mengaji sekaligus pencak silatnya, ia beranikan diri pergi ke Jakarta yang belum pernah ia tahu melainkan dari layar kaca.

Selain itu ada pesan yang tidak pernah dilupakannya dari lisan guru yang sangat dimuliakan dan dihormatinnya bertutur :" Ngatos-atos wonten mergi putro wonten Jakarta katah gangguan kaleh putri Ayu dados panjenengan kedah jujur kaleh amanah kaleh boten usah njaketin zina, nikah mawon,nek panjenengan sampun remen kaleh putri, "enggeh ustadz jawab ikhsan.

sesampainya di jakarta, Ikhsan menggelandag selama setahun tidur dari mesjid ke mesjid,tak tentu arah,tak ada kerabat ataupun kenalan. Uang yang dibawanya telah habis,selanjutnya ia sudah terbiasa sehari makan satu hari makan satu kali saja, hingga pada suatu malam perutnya tak tertahankan lagi karena 2 malam belum makan. Ia habiskan malam tersebut dengan bermunajat kepada Penguasa Langit dan bumi seraya berdoa : " Ya Robb yang Maha Pemurah dan Penyanyang, Maha pengampun lagi penerima Taubat, maha Kaya dan pemberi Rizqi. Kasihanilah hamba-Mu yang lemah ini, tiada hamba meminta kecuali kepada-Mu,tiada hamba memohon kecuali kepada-Mu,berilah hamba jalan keluar dari kesulitan dan rasa lapar yang melilit.Ya Robb yang maha memperkenankan doa,kabulkanlah doa dan dan pinta hamba-Mu ini".Dalam sujud air mata nya meleleh bagai es mencair.Setelah lelah matanya terpejam hingga bermimpi,dalam mimpi tersebut dilihatnya seorang lelaki tua berjubah putih,rambut dan janggut yang panjang berkata kepadanya:"ikhsan tak lama lagi Allah akan mencukupkan dirimu,Allahu-Allahu Akbar,ikhsan tersentak ternyata adzan subuh telah berkumandang.Dengan tubuh serasa melayang menahan lapar,ia paksakan berjalan mengambil air wudhu dan shalat subuh.

Usai sholat subuh ia kembali berdoa dan berdzikir Ratib AL Haddad serta AL'Matsurat, tiba-tiba ada sosok laki-laki yang tak di kenalnya menghampiri :'Assalamu'alikum nak,Wa'alaikum salam wrb.Jawab ikhsan."Wajah anak kelihatan sangat pucat,mari kita makan,kebetulan saya juga belum sarapan,wajah ikhsan berseri-seri dalam hatinya terus menerus bersyukur.Mereka berdua berbincang-bincang sambil sarapan pada akhirya orang tersebut menawari pekerjaan sebagai cleaning service.

ikhsan sangat rajin sekali bekerja di kantor di Bank BCA Matraman tempat orang yang mengajaknya makan merupakan Manager Utama dari Bank tersebut.Di kantor tersebut,Hasan manager utama sangat di segani karena kehebatannya dalam bermain catur,ikhsan sempat sepintas melihat dan berkata:"Bapak hebat,apa boleh saya bermain catur melawan Bapak.Hasan terkaget:"Wah kamu apa bisa karena di kantor ini tidak ada yang bisa mengalahkan saya.Ikhsan menjawab:"Saya bisa sedikit- sedikit belajar di kampung".

Di kampung,ikhsan adalah master dalam catur,juara tingkat kabupaten Puwarejo Jawa Tengah,tetapi di kantor tersebut tidak ada yang tahu.Pertandingan catur pun berlangsung sekitar 1 jam dan di menangkan oleh ikhsan."Hari demi hari dilalui,ikhsan selalu di tunggu pagi-pagi sekali untuk bertanding catur.Jadi Manager Utama kantor tersebut mencari petugas kebersihan karena tugas ikhsan meladeninya main catur.Terbesit di dalam pikiran ikhsan emm....saya harus ada perubahan ni,"Pak gimana kalau saya menang bisa menang seterusnya saya minta di traktir,di sekolahin setingkat SMA sampai kuliah jadi Bapak nggak perlu repot-repot cari staff Adm keuangan,"Boleh juga usul kamu ikhsan,saya setuju. Ia di sekolahkan kejar paket c dan kuliah di BSI jurusan Manajemen umum di Kramat Raya Jakarta Pusat.Setelah lulus kuliah,ikhsan di percaya menjadi asisten pribadi Pak Hasan sekaligus Bendahara Koperasi pegawai, bisa di bilang posisi ikhsan telah berubah 180 derajt dari sebelumnya,tetapi hatinya tidak tenang karena Bank adalah tempatnya sumpanan yang mengandung riba, hatinya terus berteriak, sehingga ada suatu kejadian yang membuatnya mengangkat kakinya memantapkan mengundurkan diri yaitu : Ia menemukan sebuah parang di meja kantor dengan bekas karat yang aneh. Ikhsan terperanjat : "Ini pasti bukan bekas darah biasa, Naudzubillah ", lalu ia simpan parang terebut, selang beberapa hari, "Ikhsan elu liat nggak parang " Thomas mencari parangnya."Emangnya elu taro mana parang itu" Ikhsan menjawab. Thomas masih bingung :"Seinget gue taro di ruang ini. Ikhsan terseyum."Begini parang itu gue yang simpan tapi sebelumnya gue tanya, tolong jawab yang jujur oke."Ni parang bekas nebas orang kan?".Thomas berkata dalam tatinya,Ikhsan ni bukan orang sembarangan, lalu mulutnya terbuka dengan percaya diri dan tanpa rasa bersalah :"Gini Ikhsan Gue nagih utang nasabah bank kita tenyata dia selalu mangkir dan setelah disita aset-asetnya fiktif semua, makanya gue kesel, gue tebas aja dan gue buang mayatnya, beres deh". Ikhsan tesenyum kecut:"Oh begitu ceritanya." akhirnya bulatlah tekad Ikhsan keluar dari kantor itu.

Berbekal uang dua puluh juta rupiah hasil tabungan sebesar sepuluh juta dan sisanya pinjaman dari kantor. Ia beranikan diri berwirausaha, membeli lima gerobak, menyewa rumah, membeli bahan baku dan peralatan untuk bakso, jadilah ikhsan juragan bakso dengan lima orang karyawan. usahanya berjalan lancar bahkan ia mengajak sepupunya di kampung untuk bekerja sama di jakarta menyukseskan usaha ini.

Ketika usaha ini sedang mekar bak bunga di taman, musibah terus menghampiri ikhsan, sepupunya tewas dalam kecelakaan bermotor di cirebon kitika hendak pulang kampung. Kemudian Ikhsan mengajak pamannya ke kota karena pamannya juga mengangur di kampungnya.Nasib pamannya juga tidak jauh berbeda, ia sakit dan tak lama meninggal dunia, selanjutnya Ikhsan mengajak tetangganya di kampung, tetangganya pun meninggal pula di jakarta karena sakit perut dan yang terakhir adalah sahabat ikhsan sewaktu mengikuti pendidikan bahasa Arab dan Alqur'an di LPIA meninggal dunia, sedangkan shabatnya mempunyai istri dan dua orang anak yang harus dinafkahi. Nurani Ikhsan terketuk, hatinya menangis melihat penderitaan istri sahabat terdekatnya. Ia membantu istri dan anak yang ditinggalkan sahabatnya, karena istri sahabatnya di Jakarta ini telah sebatang kara tiada sanak saudara, ia membantu baik berupa materi dan dukungan moril dalam hal mencarikan suami bagi istri sahabatnya tesebut.

Setahun telah berlalu, Ikhsan tak kunjung mendapatkan lelaki yang siap menikahi istri sahabattnya. Ia merenung dalam-dalam, hatinya berbicara: "Ya Allah apa yang harus hamba lakukan." Ikhsan mengambil keputusan tebesar, Ia berkata kepada Siti Aisyah, janda dari sahabatnya: "Ukhti saya bersedia menikahi ukhti karena Allah dengan syarat, ukhti siap hidup miskin harta tapi kaya jiwa karena saya akan tinggalkan seluruh bisnis saya yang telah digeluti dan berfokus dalam mendidik ummat Islam agar lebih memahami islam dan Al'qur'an yang mulia, Aisyah tersenyum dan menjawab mantap: "Baik mas Ikhsan, saya mendukung sepenuhnya pendirian mas, kita bangun keluarga Islami berpedoman kepada Al'Qur'an dan Sunnah, menyeru ummat kembali kepada nilai-nilai Islam".Allahu Akbar- Allahu Akbar, adzan shubuh bergema menyentak kesadaran Ikhsan: "Alhamdulillah Allah telah memanggil di waktu shubuh ini, Ikhsan pun mencium kening istri tercinta dan berbisik di telinganya: "Bangun sayang kita sholat shubuh." Aisyah mengusap air mata yang mengalir di pipi sang suami dan berkata:"Mengapa Abi menangis?" Ikhsan menjawab:"Abi bersyukur atas nikmat yang Allah berikan kepada kita sehingga bisa merasakan indahnya Islam dan tercukupi secara materi. Kini Ikhsan hidup berbahagia memiliki seorang istri dan 3 orang anak yang taat kepada orang tua, serta istana keluarga. Selain mengajar di SDIT Mesjid Raya Al'Ittihad, ia tetap aktif dalam berdakwah di sekitar tempat tinggalnya. Cerita ini semoga bisa menjadi inspirasi dan motivasi bagi kita semua, akan besarnya kekuasaan dan kasih sayang Allah.Amin

BEKAL UTAMA AKTIVIS DAKWAH

Oleh: DR. Amir Faishol Fath

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنْ الْمُسْلِمِينَ . وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ . وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shalih dan berkata:”Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar. (Fushshilat: 33-35).

Ayat di atas merupakan bekal utama bagi para aktivis dakwah di jalan Allah (dai), agar selalu semangat dan istiqamah, tidak pernah gentar dan getir, senantiasa menjalankan tugasnya dengan tenang, tidak emosional dan seterusnya. Ayat tersebut diletakkan setelah sebelumnya di awal surat Fushshilat Allah menggambarkan sikap orang-orang yang tidak mau menerima ajaran Allah. “Mereka mengatakan: hati kami tertutup, (maka kami tidak bisa menerima) apa yang kamu serukan kepadanya, pun telinga kami tersumbat, lebih dari itu di antara kami dan kamu ada dinding pemisah.” (Fushshilat: 5). Bisa dibayangkan bagaimana beratnya tugas dakwah jika yang dihadapi adalah orang-orang yang tidak mau menerima kebenaran, tidak mau diajak kepada kebaikan, lebih dari itu ia menyerang, memusuhi dan melemparkan ancaman. Setiap disampaikan kepada mereka ajaran Allah, mereka menolaknya dengan segala cara, entah dengan menutup telinga, menutup mata, atau dengan mencari-cari alasan dan lain sebagainya.

Dakwah di jalan Allah adalah kebutuhan pokok manusia. Tanpa dakwah manusia akan tersesat jalan, jauh dari tujuan yang diinginkan Allah swt. Para rasul dan nabi yang Allah pilih dalam setiap fase adalah dalam rangka menegakkan risalah dakwah ini. Di dalam Al-Qur’an, Allah swt tidak pernah bosan mengulang-ulang seruan untuk bertakwa dan menjauhi jalan-jalan setan. Tetapi manusia tetap saja terlena dengan panggilan hawa nafsu. Terpedaya dengan indahnya dunia sehingga lupa kepada akhirat. Dalam surat Al-Infithaar ayat 6 Allah berfirman: yaa ayyuhal insaan maa gharraka birabbikal kariim? (wahai manusia apa yang membuat kamu terpedaya, sehingga kamu lupa terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah?)

Dalam ayat lain: kallaa bal tuhibbuunal aajilah watadzaruunal aakhirah (sekali-kali tidak, sungguh kamu masih mencintai dunia dan meninggalkan akhirat) (Al-Qiyaamah: 20-21). Perhatikan bagaimana pahit getir yang harus ditempuh para pejalan dakwah. Sampai kapan manusia harus terus terombang-ambing dalam gemerlap dunia yang menipu kalau tidak ada seorang pun yang bergerak untuk melakukan dakwah? Di sini tampak bahwa tugas dakwah pada hakikatnya bukan hanya tugas para dai, melainkan tugas semua manusia yang mengaku dirinya sebagai hamba Allah –tak perduli apa profesinya– lebih-lebih mereka yang telah meletakkan dirinya sebagai aktivis dakwah.

Karenanya, persoalan dakwah bukan persoalan nomor dua, melainkan persoalan pertama dan harus diutamakan di atas segala kepentingan. Bila kita mengaku mencintai Rasulullah saw., maka juga harus mengaku bahwa berjuang di jalan dakwah adalah segala-galanya. Karena Rasulullah dan sahabat-sahabatnya tidak saja mengorbankan segala waktu dan hartanya bahkan jiwa raganya untuk dakwah kepada Allah. Bagi mereka rumah dan harta yang telah mereka bangun sekian lama di kota Makkah memang merupakan bagian dari kehidupan yang sangat mahal dan berharga. Tetapi mempertahankan iman dan menegakkan ajaran Allah di bumi adalah di atas semua itu. Karenanya mereka tidak pikir-pikir lagi untuk berhijrah dengan meninggalkan segala apa yang mereka miliki. Mereka benar-benar paham bahwa iman dan dakwah pasti menuntut pengorbanan. Karenanya dalam berbagai pertempuran para sahabat berlomba untuk melibatkan dirinya. Mereka merasa berdosa jika tidak ikut terlibat aktif. Tidak sedikit dari mereka yang telah gugur di medan tempur. Semua ini menggambarkan kesungguhan dan kejujuran mereka dalam menegakkan risalah dakwah yang taruhannya bukan hanya harta benda melainkan juga nyawa.

Dakwah Adalah Tugas Yang Sangat Mulia

Ayat di atas dibuka dengan pernyataan: waman ahsanu qawlan. Ustadz Sayyid Quthub ketika menfasirkan ayat ini berkata: “Kalimat-kalimat dakwah yang diucapkan sang dai adalah paling baiknya kalimat, ia berada pada barisan pertama di antara kalimat-kalimat yang baik yang mendaki ke langit.” (lihat fii dzilaalil qur’an, oleh Sayyid Quthub, vol.5, h. 3121). Kata waman ahsanu Allah ulang di beberapa tempat dalam Al-Qur’an untuk menegaskan tingginya kualitas beberapa hal: Pada surat An-Nisa ayat 125 Allah berfirman: waman ahsanu diinan mim man aslama wajhahahuu lillaah (siapakah yang lebih bagus agamanya dari pada orang yang menyerahkan diri kepada Allah). Dalam Al Maidah ayat 50: waman ahsanu minallahi hukman (siapa yang lebih bagus ajarannya dari pada ajaran Allah). Dan pada ayat di atas: Siapakah yang lebih bagus perkataannya dari pada perkataan para dai di jalan Allah? Perhatikan semua ayat-ayat tersebut secara seksama, betapa tugas dakwah sangat Allah muliakan. Peringkatnya sangat tinggi, setara dengan kualitas hukum Allah dan penyerahan diri kepadaNya secara total.

Adalah suatu keharusan seorang dai, menyerahkan hidupnya kepada Allah swt. Ia tidak kenal lelah menjalani tugas-tugas dakwah. Pun ia tidak mengharapkan keuntungan duniawi di baliknya, kecuali hanyalah ridhaNya. Dalam Surat Yasiin ayat 21 Allah berfirman: “Ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” Toh kalaupun Allah membuka jalan rezeki baginya melalui jalan-jalan tak terduga “fadzaalika khairun ‘alaa khair“. Yang penting jangan sampai seorang dai orientasinya dunia. Sebab, bila seorang dai juga berorientasi dunia, kepada apa dia mau berdakwah, bukankah tema utama dakwah adalah ajakan untuk mempersiapkan diri menuju akhirat?

Berdakwah Dengan Amal

Ayat selanjutnya menegaskan pentingnya amal shalih: wa amila shaalihaa. Mengapa? Apa hubungannya dengan dakwah? Bahwa seorang dai jangan hanya ngomong saja, sementara perbuatannya jauh atau bahkan bertentangan dengan apa yang disampaikannya. Benar, bahwa perkataan dakwah adalah paling baiknya perkataan, tetapi itu kalau diikuti dengan amal shalih. Jika tidak, maka perkataan itu akan menjadi bumerang yang akan menyerang sang dai itu sendiri. Dalam Ash Shaf ayat 3 Allah berfirman: “Amat besar kebencian Allah, bila kamu hanya mengatakan tanpa mengerjakannya.”

Karenanya Rasulullah saw. tidak hanya berbicara, melainkan lebih dari itu seluruh perbuatannya merupakan contoh amal shalih. Allah swt. memberikan rekomendasi yang luar biasa dalam surat Al-Qalam ayat 4: “Dan sesungguhnya kamu (Mumhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.” Imam Ibn Katsir ketika menafsirkan ayat ini menyebutkan riwayat dari Aisyah ra.: bahwa akhlak Rasulullah saw. adalah Al-Qur’an (lihat Tafsir Ibn Katsir, vol.4, h.629). Dalam hadits-hadits yang diriwayatkan para ulama tidak semua berupa ucapan Rasulullah saw., melainkan banyak sekali yang berupa cerita para sahabat mengenai perilaku dan sikap Rasulullah saw. Banyak sekali hadits-hadits yang berupa ucapan pendek, to the point, tidak bertele-tele, mudah dihafalkan. Suatu gambaran betapa keberhasilan dakwah Rasulullah saw. adalah karena setiap yang diucapkannya langsung ada contohnya dalam bentuk amal nyata dari sikap dan akhlaknya yang sangat mulia.

Menampilkan Diri Sebagai Seorang Muslim Adalah Dakwah

Di antara ciri utama berdakwah kepada Allah, tidak saja mengamalkan ajaranNya dan menjauhi segala yang dilarang melainkan lebih dari itu menampilkan diri sebagai seorang Muslim di manapun ia berada, Allah berfirman pada ayat berikutnya: wa qaala innanii minal muslimiin. Dengan kata lain tidak cukup seorang mengamalkan Islam hanya dengan shalat, membayar zakat dan menjalankan haji, sementara dalam hidup sehari-harinya tidak mencerminkan Islam, misalnya ia tidak merasa berdosa dengan mempertontonkan auratnya di mana-mana, bergandengan tangan dengan wanita bukan istrinya di depan banyak orang, melakukan kemaksiatan, kezhaliman, korupsi, judi, perzinaan dengan terang-terangan. Anehnya, dia merasa malu untuk menampilkan Islam dengan sebenar-benarnya. Ia tidak merasa bangga sebagai seorang muslim. Bahkan Islam yang dipeluk digerogoti ajarannya sedikit demi sedikit, dengan sikap memperdebatkan prinsip-prinsipnya yang sudah baku, mencari-cari dalil untuk membangun keraguan terhadap kebenaran Islam.

Seorang aktivis dakwah sejati selalu bangga dengan identitasnya sebagai seorang muslim. Ia tidak takut menampilkan Islam sebagai pribadinya. Sungguh krisis umat Islam di mana-mana kini adalah krisis keberanian untuk menampilkan wajah Islam yang sebenarnya. Islam mengajarkan kedisiplinan, kebersihan, dan akhlak mulia, tetapi umat Islam di mana-mana selalu terkesan jorok, kotor dan beringas. Islam mengajarkan kejujuran, dan ketegasan dalam menegakkan hukum, tetapi penipuan dan korupsi justru merebak di tengah masyarakat yang mayoritasnya umat Islam. Mengapa ini semua terjadi? Bukankah orang-orang non-muslim sudah sedemikian jauh menampilkan dirinya sebagai bangsa yang bersih, disiplin dan lain sebagainya?

Benar, jika kemudian saya mendengar penyataan salah seorang muallaf : “Saya masuk Islam bukan karena umat Islam, melainkan karena kebenaran Islam. Seandainya umat Islam mampu menampilkan Islam dengan sebenar-benarnya, niscaya mereka akan berbondong-bondong masuk Islam.” Bahkan ada ungkapan yang sangat terkenal dan diulang-ulang hampir dalam setiap seminar di dalam di luar negeri: al-Islam mahjuubun bil muslimiin (kebenaran Islam terhalang oleh orang-orang-orang Islam sendiri). Perhatikan realitasnya, apa yang sedang berlangsung dalam diri umat Islam di mana-mana. Ya, kalau tidak berperang di antara mereka sendiri, mereka dizhalimi oleh pemimpinnya sendiri yang mengaku muslim.

Karenanya menampilkan Islam secara jujur dalam diri sebagai pribadi, dalam rumah tangga, dalam bermasyarakat dan dalam berbangsa dan bernegara adalah sebuah keniscayaan, dan menurut ayat di atas termasuk perbuatan yang sangat baik dan mulia. Oleh sebab itu pada ayat berikutnya Allah mengajarkan agar seorang dai selalu menyadari posisinya yang sangat mulia. Jangan sampai –karena suatu saat kelak menghadapi cobaan berupa munculnya orang-orang yang menolak dakwahnya dan lain sebagainya– ia kemudian emosional. Sehingga perkataannya lepas kontrol, lalu membalas cercaan mereka dengan cercaan. Atau lebih dari itu ia kemudian putus asa, lalu menjadi lesu dan patah arang. Akibatnya dakwah yang sangat Allah muliakan, ia lalaikan begitu saja.

Tidak, tidak demikian pribadi seorang aktivis dakwah. Seorang aktivis dakwah selalu menjiwai ayat ini: walaa tastawil hasanatu walas sayyi’ah. Benar, tidak akan pernah sama antara kebaikan dan keburukan. Kata-kata dakwah tetap lebih mulia dari kata-kata pencerca. Pertahankan kata-kata yang baik itu untuk terus menghiasi lidah sang dai. Jangan sampai terpengaruh emosi para pencerca lalu ditukar menjadi cercaan pula. Karenanya Allah ajarkan konsep: idfa’ billatii hiya ahsan, balaslah dengan ucapan yang lebih baik dan dengan cara yang lebih baik. Kata ahsan juga diulang pada ayat lain: wajadilhum billatii hiya ahsan, suatu sikap yang harus selalu menghiasi pribadi seorang dai setiap saat dan di manapun ia berada, lebih-lebih saat menghadapi penolakan, cercaan dan makian. Di saat seperti itu seorang dai, harus benar-benar tampil sempurna, bijak dan tenang. Mengapa? Sebab ia membawa misi Allah Yang Maha Perkasa. Maka ia harus selalu yakin dan percaya diri dengan posisinya. Tidak usah minder apalagi rendah diri.

Bahkan pada ayat selanjutnya Allah mengajarkan agar ia selalu tampil dengan penuh persahabatan, sekalipun mereka mencerca dengan penuh permusuhan. Perhatikan bagaimana Allah mengajarkan cara berdakwah yang efektif, di mana kemudian cara ini menjadi salah satu pilar utama dalam ilmu komunikasi modern. Setelah itu Allah menegaskan bahwa untuk itu semua seorang dai tidak cukup hanya dengan bermodal semangat, melainkan lebih dari itu harus mempunyai sifat sabar dan selalu memohon kepada Allah agar mendapatkan nasib yang baik, di dunia dan di akhirat. Tanpa sifat sabar dan doa untuk memperoleh nasib yang baik, segala proses akan menjadi sia-sia. Sebab segala kemenangan tidak akan pernah dicapai tanpa pertolonganNya.



Diambil dari : http://www.dakwatuna.com/2007/bekal-utama-aktivis-dakwah/